Minggu, 31 Mei 2009

Kamera Diam - Objek Bergerak


Gerbang Samudera
pemotret dengan high speed membekukan ombak memberi kesan keras





Symphony of Shore
pemotretan dengan slow speed memberi kesan lembut




Kamera Diam - Objek Bergerak

Ada dua kondisi membuat kamera atau pemotret diam di tempat dan objeknyalah berpindah tempat :
1. Jika kita dalam liputan sebuah acara formal seperti kenegaraan atau liputan pemotretan olah raga dimana kita tidak bisa berpindah pindah tempat.
Apa yg harus kita persiapkan yaitu fokal lens yg sesuai , prioritaskan auto speed dalam kondisi terukur sesuai keinginan menampilkan objeknya.
Karena dalam kondisi diam kepekaan atau antisipasi kita terhadap moment yg dibuat objek memerlukan perhatian lebih besar.

2. Seperti kita ketahui mata kita cuma mampu menangkap gerak 1/30 detik saja , lebih cepat dari itu mata kita tidak bisa menangkap detil dari objek tersebut. Sebaliknya slow speed mata tidak mampu merekam kontiniutas gerak objek tersebut.
Jadi dalam pemotretan yg kreatif sebagai penyambung mata kita dimana kamera kita diam dan objek bergerak bisa dikreasi melalui dua tehnik pemotretan seperti slow speed atau high speed.
Contoh dalam pemotretan diatas tersebut seperti dg speed super cepat dapat membekukan proyektil peluru yg ditembakan dari senjata api sebaliknya dg slow speed akan membuat air yg mengalir tampak mengapas dan objek yg diam tampilkan detil yg bagus.

3.Eksplorasi foto dg Kamera dan Objek bergerak.(bersambung)

mohon tinggalkan reaksi anda untuk tulisan ini dibawah ini dg mencontreng. terima kasih.


Rabu, 20 Mei 2009

Kamera Bergerak - Objek Diam.

Renta


Eksplorasi pemotretan terhadap subjek/objek.
Tebal
1. Kamera bergerak - Objek Diam.
Berdiamlah sejenak jika kita menemukan lokasi pemotretan yg menarik, pikirkan apa yg bisa kita perbuat terhadap sense of art yg menghampiri kita dari objek yg kita amati. Salah satunya yg tidak bisa kita lakukan adalah objek yg tidak bisa kita pindahkan seperti batu besar , pohon atau pemandangan alam yg maha luas itu,dll nya.
Oleh karena itu sadarlah kita harus menyesuaikan diri dengan mempergunakan kemampuan kita dalam hal tehnis, wawasan dan citra rasa kita .
Tanyakan pada diri Anda apa yg dirasakan dari subject matter tersebut....hehehe sedikit pengalaman diri saya sering berbicara pada objek tersebut walaupun hanya pada sebuah pohon atau batu...misalnya " pohon yg besar berbahagialah di alam yg sejuk ini " dan lakukan pemotretan ..usahakan korelasi kesejukan alam -pohon yg berbahagia itu (dimana akan sangat kontradiktif dg pohon dikota seperti Jakarta ).
Tentu kita harus perhatikan FG nya dan membebaskan objek objek yg akan merebut kebahagian pohon tersebut.
BG yg sederhana atau unsur unsur menunjang penampilan pohon tsb serta arah pencahayaan memberi dimensi /impek terhadap foto kita.
Dan tidak kalah pentingnya pemilihan lensa tele atau wide angle yg mempunyai karakter perfektif yg berbeda.
Pada dasarnya kitalah yg bergerak melangkah kekiri dan kekanan , pemilihan sudut pandang tinggi/rendah menyesuaikan diri waktu pemotretan dengan objek yg ada....
Mohon tinggalkan reaksi anda dibawah ini .....komentar lah yg paling diharapkan..... maaf ..hari ini internet baru berfungsi kembali....Terima kasih pada sahabat sahabat yg tetap berkunjung pada blog ini disaat saya absen menulis...

2. Kamera Diam -Objek Bergerak.... (bersambung)..

Kamis, 30 April 2009

* Top Light

Top Light....."Siang hari bolong motret.......!!! " Celoteh pemotret sang senior kepada si Junior , seakan jika sinar matahari diatas ubun ubun tidak bakal menghasilkan sebuah karya foto yg pasti tidak baik.
Marilah kita telaah apakah memang demikian adanya...
Sinar siang hari pastilah menghasilkan kontras tinggi pada foto kita...dimana bagian bayangan dari objek akan hitam pekat sehingga gradasi patah patah inilah yg tidak elok dipandang mata.
Tapi apakah itu salah dan sebagian pemotret yg pengertian kurang akan karakter top light ini meringkasi cameranya alias tidak memotret bahkan ada yg mati kutu disaat saat ini.
Memang saat memotret yg paling ideal adalah pagi hari dan sore hari dimana cahaya lebih lembut dan bayangan pun lebih soft dan panjang akan terlihat artistik.
Akan tetapi..... apakah salah kalau kita men share kan foto kita seperti penjual asongan di terik matahari dan memberi kesan kerasnya kehidupan....?!...mungkin foto tidak harmonis dalam dimensional akan tetapi konten foto menjadi kuat....
Kiat lain memotret di siang hari jika ketika matahari tertutup awan atau dibawah keteduhan objek lebih besar... seperti teras atau pohon dllnya.
Maaf saya belum punya foto top light yg bagus tapi sering memotretnya.... salam.

mohon tinggalkan kesan dan lebih diharapkan komentar pada artikel saya...
setiap komentar akan memberi semangat penulisan akan datang .
Silakan tinggalkan usulan tema/topik tulisan. terima kasih sahabat.

Eksplorasi pemotretan terhadap subjek pada dasarnya dibawah tiga kondisi........ 1. Kamera berpindah - objek diam.
2. Kamera diam - objek bergerak.
3. Keduanya ..kamera dan objek bergerak. ( artikel yg akan datang)




Sabtu, 25 April 2009

* Back Light

Back lighting ....
Bila pemotret menghadap subjek/objek dan cahaya datang dari belakang nya menerpa lensa kita.... masalah pemotretan pun terjadilah.
Kontras tinggi dalam jenis pencahayaan ini akan membuat kamera cenderung mengkalkulasinya salah karena terang dan gelapnya objek bertaut jauh sehingga kamera membacanya harus meredam cahaya yg kuat dan subjek yg kecil diabaikan.
Jadi jika objek tidak transparan akan tersaji menjadi image siluete dan rim light yg tegas ....kalau diukur menurut model ukuran pencahayaan everate.
Jika pada objek transparan akan menampilkan detil yg menarik seperti dedaunan , gundu kaca /gelas dllnya.
Jika ingin detil pada objek gelap jenis pengukuran spot atau centre wide dipergunakan..
Memang back lighting sedikit sulit dikuasai akan tetapi jika kita tepat dalam pengukuran pada objek yg kita inginkan akan sangat menarik hasilnya.....


Lihat batang pohon menjadi siluete dan tunas transparan menjadi detil .





Back lighting dengan tektur daun


Mohon tinggalkan reaksi anda dibawah ini ...pilih satu dari dua pilihan...

Top Light..... bersambung

Kamis, 23 April 2009

* Side Light

Side Light...........
Jika sang fotografer menghadap ke subjek dan melihat cahaya menerpa nya.
Membentuk sebagian terang dan sebagian gelap itu tandanya cahaya datang dari samping yg dinamakan Side Light.
Bagian terang kita namakan High Light dan bagian gelap kita namakan Shadow..... perbedaan intensitas terang dan gelap kita namakan Kontras.
Karena bergradasi dari terang ke gelap cahaya samping ini memberi kesan dimensional pada subjek/objek foto kita.
Side Light paling disukai karena dimensionalnya dan banyak ditemui pada foto kita...



Mohon sertakan reaksi Anda untuk artikel ini dg mencontreng salah dari dua pilihan dibawah ini.


* Back Light
...... (
bersambung)

Selasa, 21 April 2009

* Front Light

Front Light itu terjadi..........
Bila pencahayaan berasal dari belakang sang fotografer dan menghadap pada subjek akan membuat sedikit shadow atau tidak pada subjek itu sangat tergantung angle sumber cahaya (jika itu flash letaknya lampu kilat tsb).
Yang pasti dari front light akan menghasilkan tampilan subjek yg datar/flat tidak dimensional .
Maka sebuah foto landscape dengan warna bagus yg tampak datar/flat akan bertahan daya tariknya hanya beberapa saat saja.
Dan saya sering mengistilahkannya sebagai pas foto landscape karena tanpa subjektifitas dari pemotret yg memberi jiwa seakan sang fotografer hanya merekam semirip apa yg dilihatnya.....itu saja.
Baca juga artikel.... Apakah sebuah foto landscape harus persis seperti yg dilihat ?!
Maaf saya belum punya foto untuk dipresentasikan untuk Front Light ini.... lihat saja foto landscape di kalender umumnya tapi tidak semua foto di kalender demikian.

Mohon tinggalkan reaksi Anda untuk artikel ini dg mencontreng salah satu dari dua pilihan dibawah ini..... terima kasih.


Side Light....itu. (bersambung)

Minggu, 19 April 2009

* Diffused light

Diffused Light......

Dibandingkan dengan Direct Light ....diffused Light lebih familier.... dimana kontrasnya antara "high light" yg menerima pencahayaan lebih dg bagian bayangan "shadow"bergradasi dan foto tampil berdimensi lebih lembut.
Bayangan pun tidak terlalu hitam dan bagian terang high light pun penuh dg texture... tentu akan sangat baik untuk sebuah foto portraiture.
Diffused light bisa kita temukan dibawah teras atau tempat lainnya dimana cahaya langsung terhalangi akan tetapi masih dalam kondisi brightness yg bagus...

Ayahnda SBY (si Butet Yogya ) alm.bp Bagong K.
by moses agustian

Mohon tinggalkan reaksi Anda pada artikel ini dg mencontreng salah satu dari dua pilihan dibawah ini...terima kasih.


Front Light..... Bersambung....

Jumat, 17 April 2009

* Eksplorasi

Eksplorasi ..... perlukah itu dalam pemotretan terhadap sebuah objek ?!

Melihatlah lebih dalam itu kalimat yg sering kita dengar sebelum pemotretan ... itu gampang diucapkan akan tetapi dari mana saya harus memulainya ?!

Meng-eksplorasi terhadap sebuah objek sebelum pemotretan berarti melihat objek itu dari segala arah.
Tentu harus juga mempertimbangkan korelasi dg sekitarnya sperti back ground, arah dan jenis pencahayaan yg semuanya akan berpulang pada sang fotografer yg menentukan yg terbaik menurutnya.

Sebuah objek dalam pemotretan akan sangat berbeda impresinya jika berada dalam kondisi pencahayaan langsung (direct light ) dengan pencahayaan tidak langsung ( diffused light ) begitu pula arah pencahayaan turut memberi makna kepada objek pemotrettan kita.

* Direct light....
Pencahayaan langsung selalu akan memberi kesan keras dan kontras pada foto kita.
Muncul kuat garis tepi yg kuat pada bayangan di foto kita...misalnya itu terjadi pada foto potraitur mata akan menyipit.
Bisakah Anda membayangkan cahaya langsung seperti cahaya yg jatuh pada selembar plastik ...... bagaimana reaksi Anda terhadap foto demikian...

Direct light dipagi hari...
by moses agustian.
Mohon tinggalkan reaksi Anda terhadap artikel ini dengan mencontreng salah satu dari dua pilihan....terima kasih.

* Diffused Light.......
Bersambung.......moses.

Kamis, 16 April 2009

Embun di atas Ilalang

Embun di atas Ilalang
Silakan sahabat sahabat......mengisi puisi pendeknya (diambil yg cocok dari yg masuk) , Terima kasih atas partisipasi di blog bersama ini. Foto ini dipersembahkan untuk sdri Arum Setyoningsih

Puisi ini kiriman seorang sahabat berinisial "DR"

Embun di Atas Ilalang

Embun.. Pada lembar tubuhku, Aku persilahkan dirimu bersandar.. Biarkan dirimu nyaman sampai angin menerbangkanmu ke tepian Mari kita bermain, Basahi ujung-ujung tubuhku sampai matahari meninggi dan membuatku terdiam menantimu kembali esok hari..
by DR


Terima kasih.. sahabat "DR" atas puisi yg romantis dan permenungan yg dalam . Salam...dan salut....! moses.


Minggu, 12 April 2009

PERBEDAAN MATA dengan KAMERA

Pengalaman yg saya alami ini, pasti terjadi pada semua fotografer yg serius menekuni bahasa visual ini. Sebuah foto karya seni.
Mungkin juga ada memikirkan dan merenungkannya kenapa hal ini terjadi.
Mungkin juga pula ada menerima hal ini sebagai sebuah misteri dari bahasa visual yg menarik ini ...jika tidak ya.. ...konon tidak menarik lagi (sebuah pemikiran yg salah)

Pada awal saya tertarik pada fotografi apapun objek yg saya anggap menarik dan indah pasti saya foto... maklum dikala itu masih analog dimana harus diproses dulu baru bisa melihat citra/gambarnya.
Lain dengan kini era digital secara instan image langsung muncul di monitor kamera.
Alangkah senangnya jiwa fotonya sesuai keinginan kita dan dapat melihatnya berulang kali serta menghebatkan diri ....entah itu masalah tehnis atau kesesuaian citra rasa seni kita.
Yang menjadi topik pembicaraan kali ini adalah kenapa sebuah objek pemotretan waktu dilihat sangat menarik dan bagus akan tetapi ketika hasil pemotretan jadi tidak menarik apalagi bagus....


Dan ini menjadi pemikiran dan permenungan saya dikala itu.... !
Wahai pemotret era digital pernahkah Anda mengambil perhatian masalah ini atau bagus hasil fotonya Anda save , jika sebaliknya Anda delete saja ... "selesai sementara " tapi akan berulang kejadiannya .

Hal ini terjadi karena ada perbedaan mata dan kamera dalam merekam imaji.
Mata itu dikendalikan oleh otak memilih apa yg menarik saat kita melihat objek pemotretan yg bersifat sangat subjektif.
Akan tetapi kamera melalui lensa merekam apa saja yg masuk kedalam bingkai pembidik kita bersifat objektif.
Anda bisa membayangkan perbedaannya mata dg bebas dan fokus pada apa yg ingin dilihatnya dan mengabaikan yg tidak diinginkannya sebaliknya kamera merekam apa saja yg masuk kedalam bingkai pembidik dan menyajikan keseluruhan citra baik yg menunjang/memperkuat poi kita maupun yg mengganggu atau yg merebut perhatian dg poi kita.
Contoh yg paling sering kita temui ketika kita memotret pemandangan alam dengan jalan meliuk yg menarik akan tetapi hasilnya malah objek objek yg terletak didepan lebih menarik dari jalan meliuk itu yg ingin kita tampilkan. Karena itu perlulah kita mengubah pandangan kamera yg objektif menjadi subjektif seperti mata kita.
Oleh karena itu foto adalah bahasa visual yg memerlukan tata bahasanya yaitu Komposisi.

Sahabat jangan lupa memberi reaksi Anda dg mencontreng salah satu dari dua pilihan dibawah ini dan sangat diharapkan komentar/pendapatnya. salam. ...moses


Rabu, 01 April 2009

Mewarnai Foto


Desa di Kaki Gunung
by Moses Agustian

Coba konsep apa yg harus diterapkan mewarnai sebuah foto ?
Apakah nuansa foto ikut menentukan pilihan warna ?
Apakah pilihan warna panas atau warna dingin untuk foto ini ?

Mari mewarnai....! sabar sahabat......mungkin bisa selesai dalam hitungan jam atau hari atau minggu atau bulan tapi janji tidak sampai tahunan.... hehehe... cape deh....!!!! salam moses

Selasa, 31 Maret 2009

Senin, 2009 Maret 30

Burning & Dodging

Pengkomposisian dikamar gelap atau photoshop dengan kroping adalah pembelajaran yg paling efektif sesudah kita melakukan pemotretan.
Dan untuk memperkuat isi atau pesan foto, kita melakukan pengaturan gradasi dari terang ke gelap juga sebaliknya agar mata kita dituntun kearah point of interest.
Pengaturan gradasi bagian yg dianggap terlalu terang pada foto kita menjadi lebih gelap sehingga tampak bertektur pada bagian tersebut dinamakan Burning.
Jika kita mengatur bagian yg dianggap terlalu gelap dari semestinya menjadi lebih terang pada foto kita dinamakan Dodging .

Apa dan bagaimana

Burning dan dodging merupakan langkah pertama manipulasi pencetakan foto di kamar gelap atau foto digital di Photoshop.
Sebelum kita melangkah lebih jauh marilah kita lihat kenapa burning dan dodging diperlukan.
Lensa , film / CCD dan kertas foto mempunyai keterbatasan dalam merekam imaji yg kita foto dalam gradasi nada yg sempurna.
Jika kita mencetak sebuah foto dg straight print (cetak langsung) tanpa pengolahan lebih dulu maka yg kita dapatkan kontras yg berbeda dg yg kita lihat... hal ini menyebabkan banyak kehilangan nada gelap atau nada terang dalam hal detil shadow atau tektur high light dimana ada juga nada normal seperti yg kita lihat.
Jika sebuah foto pada bagian high light terlalu terang kita gelapkan maka bagian normal akan jadi terlalu gelap .. sebaliknya bagian gelap kita kurangi densitinya maka bagian normal tadi akan menjadi terlalu terang dari yg kita lihat.
Jadi hal ini mendorong kita hanya mengelapkan /menerangkan bagian yg tidak normal " terlalu terang/terlalu gelap" menjadi normal seperti yg kita lihat dinamakan burning dan dodging .

Dengan meningkatnya kemahiran tehnik burning dan dodging kita juga memafaatkannya dengan tujuan efektifitas penampilan point of interest seperti foto dibawah ini.


Burning pinggir agar eye catching jatuh pada high light (tengah).




Dodging dilakukan pada cangkir agar tampil lebih terang dari pohon karet sekelilingnya saat pencetakan

Mohon tinggalkan reaksi Anda
pada akhir artikel ini dengan
men-contreng salah satu dari dua pilihan...
terima kasih.

Minggu, Maret 08, 2009

Komposisi Dasar..... Dasar Komposisi....


Goyah......!!!!!
by Moses Agustian

Apakah itu ?! ......Bukankah kita ingin terbang seperti Elang bukan seperti Belalang....... ambil lah senjata komposisi......jadilah penutur visual yg efektif.....

Komposisi dasar....

Dalam fotografi beberapa aturan baku dari komposisi yg telah ada seperti format foto yg baku baik untuk horisontal maupun vertikal, Rule of third sebagai penentukan peletakan point of interest (poi), Golden Section untuk menentukan besar kecil objek agar kononnya pasti bagus, komposisi S , komposisi segitiga , komposisi diagonal , komposisi L , dllnya.
Jika kesemuanya diatas hanya merupakan check list pada sebuah foto merupakan pola pikir lama akan membuat fotonya tidak ber-emosi dan sangat membosankan.
Celakalah jika fotografer mengyakini 100% semua aturan diatas harus dipenuhi dg tidak ada penyimpang.
Pernahkah Anda menemukan seorang fotografer yg bersikukuh format 20 x25 cm pada fotonya dg sangat yakin apapun isi fotonya....???!!!

.......Dasar Komposisi
Menurut pemikiran atau kamus saya komposisi adalah memberi bentuk pada foto saya berupa ide, konsep, opini, perasaan dan perhatian bersama hadirnya karakteristik dari objek/ subjek, fore/back ground, garis dan bentuk, warna, high light dan shadow, sudut pemotretan dan perfektif, dllnya.
Jalan terbaik adalah breaking the rule pada komposisi untuk karya foto kita.
Yang terbaik bagi foto kita tentu harus ditempuh jika kita menguasai Komposisi Dasar , mengerti mamfaat dan pemaknaan yg dalam dari permenungan kita.
Tidak ada kebenaran mutlak dan yang ada hanya setengah dari kebenaran.... jika kita memperlakukan kebenaran mutlak ada pada kita...hati hatilah....kita mulai tersesat. salam... moses

Sabtu, Maret 07, 2009

KOMPOSISI TIDAK PENTING ?!......ITU MIMPI BURUK SANG FOTOGRAFER....!!!!

Tidak bermasalah betapa seru dan hebohnya sang fotografer berdebat dan tidak sependapat tentang aspek spesifik komposisi yg baku ....akan tetapi pasti akan sependapat bahwa komposisi foto yg baik dalam penataan jauh lebih efektif dan berkesan dari pada komposisi foto yg buruk.

Jadi kesimpulannya kegunaan komposisi pada sebuah foto akan membuat efek pada foto tampil lebih kuat dan komunikatif.

Pada dasarnya semua foto sudah terkomposisi tanpa disadari walaupun betapa buruknya tampilan foto tersebut.
Hal ini sering terjadi pada pemotret awam atau pemula dimana melalui bingkai pembidik kamera mengikuti subjek kian kemari yg pada akhirnya memotret dan diletakkannya subjek ditengah tengah format foto. Semua tanpa sang fotografer menyadarinya dan yg menjadi konsentrasi penuh ia tetap menjaga agar subjek(manusia ,hewan, benda dll) agar jangan terpotong bagian kepala walaupun seujung rambutpun dan keutuhan kaki tangan juga.

Dalam praktek komposisi berbeda menghasilkan foto berbeda dari sang fotografer walaupun pada objek /subjek dan kondisi keadaaan yg sama pula.
Jadi aspek tehnik seperti sharpness, exposure yg tepat, pengolahan /pencetakan foto tidak akan berbeda hasil fotonya, asal sang fotografer menurut petunjuk pemakaian fungsi kamera /alatnya.
Pembedaan foto yg satu dg foto yg lainnya kalau kita mengarah pada cara pengkomposisian seperti faktor jarak kamera dari objek/subjek - skala perbandingan objek dg elemen lainnya - sudut pandang (angle-view) - perfektif - pengaturan depht of field - serta merangkai unsur unsur foto dalam satu kesatuan foto.
Mungkin dunia dg sudut pandang lain dari seorang fotografer akan membuat karya fotonya berbeda dg yg lainnya dan komposisilah yg menjadi senjata rahasia visual sang fotografer.

Komposisi yg lebih efektif dan menjadi jalan sang fotografer dapat mengekspresikan diri lebih induvidual.... Setujukah Anda....???!!!


Anak Pesisir Pantai
by moses agustian

Bukankah hanya ada satu perahu yg utuh yg menjadi POI dari tiga potongan imaji perahu yg tidak utuh.
Ini salah satu upaya pengkomposisian dg bentuk utuh (perahu) dari bentuk yg tidak utuh

Sabtu, 2009 Maret 07

KROPING MENG AMPUTASI BAGIAN FOTO

Kroping kata yg sangat asing bagi pemotret awam..... akan tetapi bagi pemotret amatir (non profesi) hobies dan profesional sangat akrab ditelinga mereka......!!! haruskah ?! Perlukah ?!
Secara tehnis kroping adalah membuang atau meniadakan atau tidak menyertakan bagian tertentu dari foto kita yg terletak dikiri/kanan atau atas/bawah pada tampilan foto akhir kita dengan maksud agar foto tampil lebih efektif dan komunikatif.

Sebenarnya setiap kali kita memotret kita telah melakukan kroping pada bingkai pembidik kita....
Misalnya memasukkan unsur unsur yg dianggap penting dan membuang lainnya dianggap tidak perlu bahkan mengganggu pada foto kita.
Kemahiran akan bertambah jika kita kita terus berlatih baik pada saat pemotretan dan paling cepat melalui foto yg telah tercetak atau kini digital tampilan citra foto di komputer kita.
Dan paling efektif melalui citra foto yg sudah jadi karena kita leluasa mengamati dan memikirkan pesan yg akan kita sampaikan kepada orang lain dg efektif.
Berbeda saat memotret kita hanya memiliki waktu terbatas untuk mengesksekusi sebuah moment dan disinilah semua kemampuan tehnis dan wawasan seseorang menentukan.

Terkadang kroping dengan sangat mudah dilakukuan karena hanya membuang unsur yg tidak penting dan mengganggu saja.
Akan tetapi akan menjadi penuh pertimbangan jika kroping akan membuat hilangnya indetitas objeknya atau suasana atau berubahnya pesan foto tersebut apalagi distortif misi dari si pemotret jurnalistik.

Dalam melakukan kroping tidak ada metode atau aturan bakunya, semuanya tergantung apa yg diinginkan oleh sang fotografer dengan kreatifitas dan wawasan bahasa visual ini.

Memang ada beberapa penuntun maksud dan tujuan melakukan kroping seperti :

1. Mengubah format universal 24 x 35 mm ke format khusus ( misalnya
1:2 untuk Landscape) atau bujur sangkar untuk memberi impact
pada foto.
2. Mengubah foto dimana elemen pada foto yg tidak seimbang menjadi
seimbang yg biasanya proporsional pada objek dan bisa juga nada
gradasi/warna terang dan gelap.
3. Koreksi dari hasil pemotretan yg buruk dengan membuang unsur yg
tidak perlu dimasukkan pada foto kita.
4. Membuat efek khusus agar foto terlihat dinamis , luas , tinggi dllnya

Foto dikrop atas bawah agar terlihat luas.



Foto dikrop samping kiri kanan untuk impact foto lebih kuat.



Foto dikrop kiri kanan agar memberi kesan tinggi.




Foto dikrop agar mata tertuju pada lengkung tanduk dg membuang ujung tanduk.

Foto dikrop atas bawah +kiri kanan untuk memperkuat isi foto.

Masih banyak contoh lainnya ... dan lakukan kroping pada foto Anda untuk latihan sendiri agar kelak ketika Anda memotret sudah terlatih untuk pravisualisasi.
Jangan lupa sertakan reaksi anda untuk artikel ini dibawah dengan dua pilihan hanya mengclick saja. Terima kasih...moses.


Burning and Dodging pada foto apa maksudnya...?????!!!!!!
Awam akan berpikir memerlukan koret api untuk itu...heheehe.. apakah Anda juga berpikir demikian sahabat....hehehehe
(Artikel yg akan datang...)

Reaksi:

Jumat, Februari 27, 2009

Representasi Sebuah Foto.


Foto Efektif
Semua foto yg bagus dihasilkan dari perpaduan tehnik dan seni.
Setiap personal piawai memadukan tehnik dan seni ini akan menjadikan ia seorang fotografer yg sukses baik berprofesi profesional maupun para hobies /amatir.

Foto Tehnis
Kurang akan tehnik membuat foto atau gambar dalam keadaan tidak tajam, warna yg buruk, terlalu terang / gelap semua ini membuang tenaga , beaya dan waktu.
Menjadi seorang pakar fotografi tidak ada jalan lain langkah pertama seseorang harus melengkapi diri dg mahir tehnik .

Akan tetapi semua penyajian tehnik sebuah foto seperti ketajaman, exposure yg tepat, kontras dan warna yg bagus akan tidak berarti jika foto tersebut tidak mempunyai daya tarik seperti subjek yg tidak menarik ,tampilan foto yg tumpul , tidak menarik secara fotografis.
Kurang akan sentuhan nuansa seni dan kaya akan tehnik tidak menjamin sebuah foto tampil efektif kepada publik atau penikmat foto khususnya.

Foto Seni
Disisi lain seorang fotografer yg sangat artistik, sensitif dalam feeling dan mood , perfektif keindahan yg bagus akan tetapi jika kurang dalam hal tehnik Ia men-sia sia kan bakatnya karena dia tidak dapat mengkomunikasikan apa yg dilihat dan dimauinya dalam bahasa fotografi yaitu bahasa visual.

Fotografi , berbeda dengan Seni..., TEHNIK adalah mudah karena semua spesifik, terukur dan objektif.
Semuanya dalam hitungan angka dan bisa dibaca dari instrument alat / benda yg dipakai seperti: asa film (angka) , f stop (angka), focal length of lens(mm), jarak -fokus( m/feet), warna (K), focusing(tajam /tidak tajam), deph of field dari f stop (batasan tajam dan bluur), brightness (cerah/redup), dll.... semuanya terukur.
Jadi dalam hal tehnik juga pasti bisa dipelajari siapa saja dan pasti bisa....
Oleh karena itu apalah itu tehnik dan alat... jangan terlalu bangga akan itu.

Berbeda dengan Tehnik, Fotografi .... SENI dibangun dari personal dan sangat esklusif dalam konsep membuatnya menjadi lebih sulit.... tidak spesifik , tidak terukur dan subjektif.
Seni artinya sangat personal dalam test/citra rasa, sudut pandang seseorang dan sensitifitas.
Dan siapa dapat menentukan ia pasti benar dalam angle of view , jarak objek yg pas, besar /kecil objek, perfektif dalam /dangkal, kontras, warna, gradasi, pengolahan warna proporsional , dllnya.
Semuanya diatas tidak ada yg spesifik.

Disinilah masalahnya Seni Fotografi, sang fotografer mengeskpresikan dirinya sangat sangat personal.
Jadi latar belakang seorang dokter tentu berbeda sudut pandangnya dari seorang mekanik atau arsitek....akan tetapi semuanya sama dalam berkarya meng - eskpresikan dirinya melalui bahasa visual dari segi rasa , pikir dan sudut pandangnya.
Dan tehniklah menjadi penghantar bahasa visual ini "foto" yg terkadang bisa terbaca kekurangan tehnik dalam penggunaannya.
Jadi sebuah foto tidak ada yg benar dan salah...yg ada relatifitas dalam penyampaiannya. salam... moses.

Kamis, Februari 19, 2009

Tip on Tip for You and Me.

Setelah sekian lama bergelut dengan fotografi begitu banyak tip yg kita dengar dan baca , semuanya agar membuat foto kita menjadi lebih baik .
Sebagian dari tip ini mungkin Anda sudah tahu .... anggaplah itu sebagai refresh dan jika belum tahu tentu akan berguna bagi Anda. Dan akan sangat berguna lagi jika Anda ikut partisipasi memberi tip singkat juga melalui komentar atau email ke moses_artphoto@yahoo.com yg nantinya akan saya terbitkan juga.

Biarlah saya memulainya untuk anda dan selanjutnya Andalah yg diminta berbagi untuk sahabat sahabat.

Tip on Tip :

1. Jika Anda bingung apa yg harus dilakukan di lokasi pemotretan... ingatlah tiga huruf bermakna ini C, D dan E. C= composition, D= depth of field , dan E= exposure.....(moses.. Jakarta, 19 Feb 2009).


2.Panning adalah sebuah foto dimana objeknya tajam dengan back ground nya seperti disapu kuas karena kamera bergerak satu sumbu dg objek bergerak dengan slow speed exposed antara 1/15 hingga 1/30 detik idealnya. Lensa wide dan normal lebih memungkinkan dari pada tele. Tip lengkap panning ada di http://mosesphoto.blogspot.com. (moses ..jakarta, 19 Feb 2009).

3. Jika Anda menghadapi low light dengan cahaya minim... stel asa lebih tinggi hingga speed mencapai 1/panjang focal lenght lensa Anda dengan catatan sudah open lens (bukaan lensa terlebar) agar kamera layak handheld untuk ketajaman foto Anda. (moses... jakarta...19 Feb 2009).

4. Jika Anda memotret model dengan window lighting arahkan light meter (centre wide/spot) pada high light muka sang model untuk kamera digital dan ke shadow jika memakai kamera analog ....(Antonius... Pekan Baru, Riau).

5. Jika Anda ingin memdapatkan efek bluur yg mengapas pada foto Anda dg slow speed pada cuaca terik pergunakan ND (Neutral Density) filter untuk meredam pencahayaan yg kuat.... (Tito, jakarta. 21 /2/09)

6. Jika Anda memotret objek yg jauh dengan lensa( zoom )tele usahakan speednya 2x lipat panjang lensa Anda . misalnya panjang lensa Anda 200 mm pergunakan speed 1/400 detik untuk mendapatkan sharphness maximal.... Kamera handheld tanpa tripot.( Rosa ,Semarang... 20 feb 2009.)

7. Jika Anda memotret pada musim hujan atau dekat air terjun bungkus kamera Anda dg kantong plastik bening dan lubangi plastiknya untuk depan lensa.... aman deh kalau cuma gerimis atau hujan rintik rintik... kan asyik moment dan moodnya. (Jefry., Palembang...21 Feb 2009).

8. Jika Anda hunting berangkat pagi buta ke lokasi jauh dari penduduk bekali diri Anda 2 butir telur matang dalam box kecil kemudian masukkan dalam tas kamera Anda ..itu beban yg paling ringan dan praktis serta mengenyangkan dalam waktu singkat... dijamin Anda motret tidak gemetaran.... Tinto , Bandung dingin, 21 Feb 2009).

9. Jika Anda menguasai Tehnik + Seni = Foto Efektif ,.... dalam hal penyampaian ekspresi diri Anda kepada penikmat foto.
Jika Anda hanya mahir pada tehnik saja ibarat Tulang Tidak Berdaging .... semua serba kaku....,
Jika Anda hanya pintar mengekspresi kreasi Seni tanpa dilengkapi tehnik ibarat Daging Tidak Bertulang..... semuanya serba lembek
dan lemah penyampaian kreasinya.... tapi enak loh buat sate...heheheehe...(moses, jakarta . 27 Feb 2009)

10. Jika Anda memotret dibalik kaca bening ...untuk menghindari refleksi yg kuat pasanglah lens hood karet (tudung lensa) pada lensa kemudian tempelkan pada kaca tersebut saat memotret. (Titin s., Bandung 28 Feb 2009).

11. Jika Anda memotret model dan membutuhkan reflected light diwajahnya beri sang model sebuah buku atau selembar kertas putih yg berfungsi sebagai reflector.... dan jangan masukkan reflector tadi kedalam bingkai pemotretan... (moses, Jakarta. 28 Feb 2009)

12. Ayo siapa lagi tipnya... terima kasih sahabat.... salam...moses.

Senin, Januari 19, 2009


KEKAYAAN DARI PENCAHAYAAN





Cycles

Kecerahan Dari Cahaya





Tajam

Kualitas Dari Pencahayaan





Warna Warni

Abstrac Dalam Makna Warna Warni.


Kali ini saya tidak akan membicarakan masalah tehnis sama sekali.
Akan tetapi menilik apakah yg akan diberikan CAHAYA kepada kita dalam hobi fotografi yg kita galang gulungi....

Saya memilih tiga buah foto hasil karya saya sendiri mewakili apa yg akan saya tulis dalam artikel ini......
Ketiga foto ini semuanya pernah di Upload di FN (Fotografer net) dan mungkin saya sudah lengkapi dengan masalah tehnis dan memberi diskripsi singkat.

Kekayaan Pencahayaan pada fotografi mempunyai tiga karakteristik yg harus kita pahami :

1. Kecerahan/Brightness.

2. Kualitas/Quality.

3. Warna/Color...... B &W dalam Tone.
,br.

Ketiganya akan mengimformasikan pada kita bagaimana dan apa yg kita dilihat kemudian memaknainya dalam sebuah karya foto.
Ketika intensitas Kecerahan atau Kualitas Cahaya berubah dan akan mempengaruhi warna saat itu ...... sesegera itu pula mood akan berubah itulah yg akan kita rasakan..... ( nantikan ... sambungan selanjutnya) salam....moses.


Sabtu, 31 Januari 2009.


1. Brightness /Kecerahan cahaya:

Brightness yg kita lihat itu diukur berdasarkan intensitas kecerahan dari cahaya.

Benda atau objek yg berwarna sangat hitam tidak akan memantulkan cahaya.

Sebaliknya benda atau objek berwarna putih akan memantulkan cahaya yg diterimanya sepenuhnya.

Diantara keduanya kita mendapatkan dari warna abu abu berkesinambungan dari hitam menuju ke abu abu tua - abu abu menengah - abu abu muda kemudian ke putih.

Kontinutas dari nada/tone atau gradasi yg konstan ini kita dapati pada film Black & White dan mendapat perhatian yg sangat besar dari pencinta foto Hitam Putih sejati.

Sayangnya pemotret color jarang memperhatikan secara serius brightness ini padahal karateristik ini akan membuat kita puas akan warna yg dihasilkan dari objek yg kita mau.
Pemotret harus mempertimbangkan dg hati hati variasi nada /tone dalam area/bidang pada foto kita. Misalnya pemotret harus mempertimbangkan area warna nada cerah berbandingkan dengan area warna nada menengah dan gelap. Juga pemotret harus lebih serius lagi memperhatikan kecerahan area nada/tone " isolasi terbatas " yg akan menjadi accent points atau p o i.

Dan pelajaran terbaik bagi pemotret pemula dalam kecerahan pencahayaan adalah belajar mengukur objek /poi dan menjadikan semua warna yg dilihat pada poi menjadi wujud terang atau gelap.

Sesungguhnya melihat sebuah foto adalah sepenuhnya pada kecerahan area foto tersebut.

Objek objek yg kita temukan tidak hanya dalam warna merah, hijau atau biru saja akan tetapi juga dalam gradasi terang dan gelap dari warna tersebut.

Efek visual ini jika kita mengenalinya secara baik dalam pembedaan nada kita dapat mengontrolnya dan mengolahnya menjadi kekuatan pada foto kita , jika tidak kita meloloskanya .

Lihat foto " Cycles " saya mengontrol poi lebih cerah dari BG (back ground) disekelilingnya untuk membuat poi tampil..... dalam hal ini tidak termasuk sumber cahaya yg matahari.

Jakarta,1 Feb 2009.

2. Quality/Kualitas Pencahayaan


Kualitas pencahayaan biasanya dibagi dalam dua yaitu pencahayaan langsung atau keras dan pencahayaan lembut atau diffused.


Harsh light atau pencahayaan keras biasanya dari sumbernya misalnya: matahari , lampu sorot dan akan memunculkan perbedaan tonal /nada yg keras atau yg kita kenal dengan kontras.


Soft light atau pencahayaan lembut bila sumber penyinaran terjadi pengaburan menjadikan pencahayaan diffuse pada objek dimana tonal/nada menjadi berjenjang yg biasanya dikenal lembut.
Dan sumber sinar yg terhalang seperti mendung atau matahari lagi tertutup awan membuat objek menantulkan cahaya yg lembut.


Kualitas Pencahayaan ini sangat kuat mempengaruhi mood pada foto kita.

Harsh Light /pencahayaan langsung dengan tonal yg curam dan kontras ini membuat citra foto tampil lebih kuat .(lihat foto " cycles ")

Dibawah Soft Light tentu tonal yg panjang bergradual dari terang ke gelap menjadikan kontras yg tidak jelas walaupun pada saat yg sama kecerahan yg kuat.

Dan Soft light ini membuat tonal bertambah pada citra foto dan memainkan peran besar pada komposisi foto .(lihat foto " Tajam ")

Jakarta ,2 Feb 2009
3.Warna/Color of light

Kekayaan ketiga karakteristik pencahayaan adalah Warna.
Warna Day Light meliputi waktu yg panjang dari fajar hingga senja.
Bagi fotografer biasanya sudah akrab dg pencahayaan day light ini, menerima variasi efek dari pencahayaan dari pagi hari yg berwarna keemasan kemudian pada siang hari dimana warna mendekati warna real nya karena mendekati 5500 drajat Kelvin dan memasuki lagi kewarna kuning keemasan lagi disaat memasuki senja.

Dan film atau kini WB (white balance) dalam era digital menyediakan fasilitas pengkoreksi agar warna yg terekam mendekati daya tangkap mata normal manusia.

Pada kenyataannya fotografer tidak akan mendapatkan warna yg akurat atau persis seperti yg dilihat dari objeknya akan tetapi toleransi warna mendekati saja atau citra rasa(test) dari pemotretnya saja.

Bukankah kita sering mendapatkan wajah model yg putih mulus kehijau hijauan karena efek pantulan dari gedung berwarna hijau didekatnya.
Atau efek kebiruan pada salju atau mekena muslim saat sholat ied karena pantulan dari langit biru.
Hal yg harus diperhatikan secara psychologi adalah korelasi warna dengan objeknya ...misalnya salju masih masuk logika berwarna kebiru biruan untuk cool tone dan jika ada semu kuning warm tone akan memberi efek pyschologi salju segera mencair....

Jadi para perfeksionis jangan bersikukuh membedakan pencahayaan fajar dengan pencahayaan senja..... atau harus persis dg warna dilihat pada objeknya...... cape...deh...!!!!!


Hadirnya kekayaan ketiga karakteristik pencahayaan : Brightness - Quality - Color of light mempersembahkan permainan menyeluruh yg penting dalam respon emosional kita.

Salam...moses.




9 komentar:

wiranurmansyah mengatakan...

setuju om...apalagi dalam foto landscape. Dalam hitungan detik, cahaya bisa berubah - ubah. dan mood juga akan berubah -ubah. Makanya moto landscape itu sebenernya sangat mudah..tapi bisa jadi sangat susah. ahhhh..seandainya kita bisa mengontrol matahari...hehehe
salam landscaper..

makaribi mengatakan...

makaribi menyimak terus...
thanks pak Moses

iyoem mengatakan...

menurutku, teknik fotografi itu harus dikuasi dengan baik, jadi kita nggak perlu berandai-andai: "seandainya kita bisa mengontrol matahari...". Ya ngga om?

piss ahhhh... :p

Moses Agustian ARPS, AFPSI mengatakan...

Iyoem......
Menguasai tehnik fotografi....betul.
Mengontrol matahari... salah !!!
Siapakah anda Tuhan kah ?!
Maksudnya menyelaraskan tehnik dg pencahayaan matahari ...baru btul...

piss..ahhh. hehhehehe

Anonim mengatakan...

Mencerahkan diriku Om Moses
Terima kasih

Anonim mengatakan...

Terima kasih atas pencerahannya Om Moses...Salam Hormatku selalu





Sugeng.K

Anonim mengatakan...

aduh om... harus di baca sering-sering nih, daya tangkap saya agak-agak pentium jadoel, monggo di lanjut lagi om


...Adhy C...

Anonim mengatakan...

om.... saya sangat tertarik dengan foto grafer. tolong om... persaratan untuk foto grafer itu apa aja...?
1. apakah kamera digital dgn kemamapuan 3.2 mega pixel dapat kita jadikan untuk memotrek dgn baik..?
(kamera hp gitu lho)
2. hasil poto yang om posting itu apakah sudah di edit dulu....? atau masih original..?
thank...

Moses mengatakan...

Siapa Anda ... salam kenal.
Maksud Anda tertarik pada fotografi..
Menjadi fotogrfer yg baik tentu belajar tehnik dasar fotografi dan memiliki kamera standard yg bisa ajust speed, diafragma dan asa... (bukan Pocket camera).
Hp 3,2MB bisa aja untuk memotret bagus untuk objek objek yg disukai... tapi dalam kualitas dan fasilitas kurang memadai...
Foto foto yg saya posting pada dasarnya tidak berbeda dg original waktu motret hanya ada sedikit penyempurnaan di Photoshop computer. Jika ingin tahu lebih lanjut silakan email ke saya... moses_artphoto@yahoo.com.. terima kasih atas kunjungannya.

* EXPOSURE

SELIMUT KABUT PAGI


Memberi pencahayan (exposing) dg tepat pada sebuah foto.
Tidak lebih dari pada akurasi pengontrolan cahaya jatuh pada sensor kamera digital atau film pada kamera analog untuk tenggang waktu tertentu/shutter speed.

Akan tetapi harus di ingat ketepatan tenggang waktu hanya pada subject/object yg kita mau.
Light Meter sangat membantu kita dalam pengukur intensitas cahaya pantul dari objek kita dan menjadikannya patokan dasar exposure kita.

Tapi tidak ikut dalam menentukan kemauan kita .... seberapa terang atau gelapnya sebuah foto , jadi pemotret yg bijak janganlah terserah kepada kecanggihan kamera saja.

Berterima kasih atas akurasi kecanggihan lihgt meter kamera kini akan tetapi keputusan menentukan seberapa terang atau gelapnya karya foto kita adalah kebijakan kita sendiri.

Rahasia Light Meter Kamera.

Pada dasarnya hanya ada satu metode pengukuran dari kamera kita yaitu Reflected-light meter , mengukur sinar pantul dari subject/object kita kemudian menentukan kombinasi shutter speed dan f stop / bukaan lensa yg bisa kita lihat di indikasi kamera.

Rahasia Besar Kelemahan Light Meter Camera adalah semua object yg kita ukur di kalkulasinya menjadi Grey Card 18% warna abu abu menegah atau setengah dari Putih dan setengah dari Hitam .
Untuk memberi pengertian dan mengyakinkan diri silakan eksprimen sendiri:
Sediakan dua lembar kertas ; yg satu Hitam dan yg satunya lagi Putih kemudian lakukan pengukuran yg pas pada masing2 kertas kemudian potretlah.....hasilnya keduanya sama akan menjadikannya Abu Abu Menengah /Grey Card seperti warna tutup plastik selongsong film Kodak.

Kenapa demikian ? Dan bagaimana keduanya hitam dan putih menjadi normal seperti yg kita lihat ?
Disaat kita memotret kertas putih kamera mengindetikasi putih sebagai objek kelebihan sinar jadi harus dikurangi pencahayaannya melalui f stop lebih kecil atau speed lebih cepat.
Sebaliknya yg terjadi pada kertas Hitam kamera mengindentikasi kekurangan sinar jadi harus ditambah pencahayaannya melalui f stop di perbesar atau speed diperlambat maka dari pada itu kedua hasilnya sama...Abu Abu Menengah.
Agar Putih menjadi Putih kita memperbaiki kesalahan kalkulasi pengukuran kamera dg menambahkan 2 stop (over) pencahayaan.
Sebaliknya agar Hitam menjadi Hitam kurangi pencahayaan (under) 2 stop .

Selamat mencoba.....salam.

Mohon.... Pertanyaan , Pendapat dan Saran di kotak Komentar. Terima kasih atas kunjungan pada blog kita bersama.

6 komentar:

iyoem mengatakan...

hm, jadi sensor itu nggak pinter-pinter banget dong om ya? sensor cuma bisa guess: oh, ini kurang/lebih nih pencahayaan-nya..

iya, pernah saya coba. Kondisi terik, landscape.

langkah pertama:
saya lock AE ke bayangan yang agak teduh (gelap), berarti sensor mengindikasikan kurang light, pas saya jepret beneran OE wahahahahaha

trus foto kedua saya bidik lagi, AE lock ke dekat-dekat lokasi sekitar yang dominan warna putih (terang), dan hasilnya lebih teduh, lebih berkontur, exposure pas dan nggak terlalu bright.

(foto akan saya kirim deh ke imel, tanpa edit ya om :p parah hasilnya, wahahaha)

jadi ingat, kalo nggak punya alat buat metering pernah ada yang mengusulkan pake telapan tangan. tapi akan agak sulit kalo kita motret model yang backgroundnya putih om, itu gimana metering exposurenya?

kira-kira saja ya? menurutku, bisa nggak kalau karena kita ingin gambar wajah modelnya terang, berarti harus set Exposure ke tempat yang agak terang, karena jika saya metering ke tembok putihnya om (yang sangat bright), wuih, terlalu gelap pasti nanti wajah model jadinya..

kira-kira begitu ya om? Hm... nanti lain kali saya coba coba lagi deh...

seneng bahas Exposure, secara saya langganan OE. Hihihi akan lebih semangat deh om!

o btw, soal nurunin/nambah Ev 2 stop, pernah juga saya coba, apalagi kalau hari terik, padahal udah pake ND4+CPL tapi nggak begitu puas, mungkin saya aja yang memang oneng... hahaha

nanti hunt lanscapenya pas golden hour aja deh, biar aman, dan matahari masih miring.. :p

thanks for sharing om!

-still love your blog-

iyoem mengatakan...

oiya lupa om, bahas contre-jour dong om, saya pengen banget bisa moto siluet... :p

Sugeng Kuswardhana mengatakan...

Om Moses,
Maaf bru bisa akses, koneksi akhir2 ini payah ditempatku di belantara. Terima kasih wawasan tentang eksposurenya. Kesimpulannya kontrol Eksposure tetep pada kita ya Om???? secanggih apapun lightmeter camera tetep masih bisa di "tipu" oleh kondisi rentang brightness di alam.
Om...kasi tau kita aplikasi zone system scr lebih kompre? pada contoh diatas mengubah (mengkompensasi dri V ke VII). Maksud saya metering dilapangan klo pake light meter camera apa reliable om. Akan sangat bernilaikah jika invest memiliki Light meter yang bukan buitin camera???. MAkasih atas pencerahannya Om Moses
SAlam
SK

Anonim mengatakan...

Makasih om atas sharing-nya...
Aku sering banget salah metering om, jadi harus bbrp kali coba2.
Kayaknya pengalaman ngebaca kondisi cahaya sekitar itu yg penting ya om.
Harus banyak jepret nih biar lama2 langsung TOP set metering nya :D


makasih oom Moses... TOP deh ^_^

regards,
Arif Budiman

moses mengatakan...

Iyoem sebenarnya fotomu bukan under/over exposed tapi salah menentukan nilai /value yg diperlukan untuk objek yg kamu mau....mungkin krn memakai averaged jadi terserah kamera membaginya.
Kayanya kamu masih miss soal kerja ligh meter kamera sama nilai yg harus ditentukan oleh kamu agar pas sperti yg kamu mau.....baca lagi non.

Sugeng.... tiap tingkat nada berbeda 1 stop pencahayaan. Tidak usah beli light meter lepas , dari kamera sdh cukup karena digital sdh bisa liat langsung ...kl dulu ya.... masih film butuh presisi kalau tidak cape deh ulang lagi. Kamu udah mengerti under/over yg dibutuhan pada sebuah foto sesuai kemauan /selera lebih terang atau gelap.

Arif.... mudah mudahan uda baca tanggapan expoure ini gak butuh pengalaman u eksekusi lighting tapi memakai logika,....hahaha. tq.

a2u mengatakan...

metering memang susah Om... sampai sekarang masih sulit menaklukkan eksposure yang berbeda-beda dalam satu frame, sehingga semuanya berimbang... tanpa ada UE dan OE..



* TANGGAPAN KOMENTAR "EXPOSURE"

Buat iyoem , sugeng dan arif

Dalam exposure saya tegaskan sekali lagi LIGHT METER hanya bisa mengkalkulasi apapun yg masuk kedalam bingkai pembidik menjadi abu abu menengah/Grey card 18%, baik itu putih,sangat putih, abu abu tua hingga muda atau hitam detil sampai hitam pekat. Jadi ilmu Light meter cuma satu jadilah abu abu menengah seperti warna tutup plastik selongsong filmKodak. hehehe.( itu baru oneng.)

Jadi kita( jangan ikut oneng).... mau putih kita overkan ...mau gelap under kan....semuanya kita yg menentukan.
Terus bingung...... ya bagaimana cara menentukannya ? Bidang /objek yg mana? Begitu luas yg kita lihat dibingkai.

Pernah tahu zaman dulu.....adalah petuah Exposes for Shadow and develop for high light. Itu penuntun exposure untuk film, arahkan kamera kebidang gelap punya detil/Shadow dari objek yg kita maui sebagai patokan exposure walaupun nanti begitu memasukkan pada komposisi yg kita inginkan light meter akan menunjukan over biarkan saja jepret pasti bagus. (itu namanya kompensasi)

Kini zaman Digital sebuah karya foto hasil jepretan akan muncul langsung dalam Citra Positif seperti yg kita lihat pada layar monitor( pada zaman dulu ada namanya Film Slide atau Dias Positif tapi melalui proses kimiawi dulu.).
Jika film negatif dasar exposes nya adalah pada bagian Shadow poi/objek , sebaliknya hasil jepretan kamera Digital sama seperti Film Slide dulu berpatokan pada bagian terang atau High Lihgt dari poi/objek yang kita maui.

Pada kamera kita dilengkapi beberapa sistem pengukuran cahaya dan yg utama yaitu:
- Averaged..........pengukuran rata rata dalam bingkai pembidik kamera kita antara terang dan gelap dibagi rata rata..... akan bagus hasil exposesnya kalau terang dan gelap berimbang intensitasnya.
Akan tetapi jika terang lebih dominan ( pemandangan bersalju) hasilnya menjadi under-exposes, sebaliknya kalau gelap dominan (foto Stage) hasilnya menjadi over-exposes.
- Centre Wide.... . patokan pengukuran cahaya hanya pada bulatan tengah dalam bingkai pembidik kamera kita, dimana bidang pengukurnya lebih selective dan tentu akuarasinya jauh lebih baik dari pada average diatas.
- Spot metering...... pengukuran berpatokan pada sebuah titik tengah di centre wide.
Ini baru benar benar andalan para pakar dimana keleluasan menentukan terang dan gelap
intensitas cahaya pada sebuah objek /poi terkendali penuh kalau tidak mau dikatakan kesemena -menaan pemotret menentukan nilai/value pencahayaan terhadap objeknya., misalnya seberapa kilap sebuah paku payung kecil ditembok gelap/hitam.....
Andalah yg menentukan segalanya dalam exposure ....anda juga menanggung segala akibat nya dimana kegagalan karena salah persepsi dalam eksekusi poi nya ......!

5 komentar:

iyoem mengatakan...

Sangat teknikal dan membantuku lebih dalam lagi tentang arti sebuah exposure om...

God really bless a teacher that is so humble like you (^^)v

iyoem mengatakan...
Posting ini telah dihapus oleh penulisnya.
iyoem mengatakan...

ow, btw om, besok saya mau coba pake Centering weighted instead of evaluative metering yang ternyata dibagi rata begitu... pantesan fotonya jadi terang tapi burem..

well, let see if this weekend aku bisa mengamalkan ilmunya si om, hopefully the weather wont be that bad..

asik hunting ahhhhh...

-bye om-

Anonim mengatakan...

makasih om moses... segera dilaksanakan dan diamalkan...



salam ^_^
Arif Budiman

a2u mengatakan...

Spot metering...... pengukuran berpatokan pada sebuah titik tengah di centre wide...

saya masih kurang paham sepenuhnya tentang bagian ini Om...

mudah-mudahn bisa ktemu di IM ya Om..:D